Psikoedukasi Untuk Guru Sekolah Setelah Masa Pandemi COVID-19
Abstract
Banyak siswa sekolah mengalami dampak pandemi COVID-19 sejak bulan Maret tahun 2020.
Ancaman terhadap kesehatan diri sendiri dan keluarga, penutupan sekolah, beralih ke pembelajaran online,
menjaga jarak fisik, dan kemudian tantangan baru muncul, untuk kembali ke sekolah pada Maret 2022.
Banyak spekulasi tentang "gelombang kedua" krisis kesehatan mental, terutama untuk anak-anak dan
remaja usia sekolah. Krisis ini sama merusaknya dengan efek kesehatan fisik dampak dari pandem. Namun,
hanya sedikit penelitian yang bertanya kepada siswa tentang pengalaman mereka selama pandemi.
Keterampilan psikologis akan membantu siswa untuk meningkatkan kesehatan mental mereka. Pengabdian
kepada masyarkat berupa psikoedukasi dilakukan pada guru sekolah dasar dan menengah pertama di
Jakarta. Sebanyak 20 guru mengikuti kegiatan ini. Focus Group Discussion (FGD) dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah yang dialami para siswa berdasarkan pengamatan para guru. Psikoedukasi
memberikan pengetahuan dan keterampilan (praktek) management stress, management emosi, mindfulness,
regulasi diri, perilaku prososial, dan art therapy. Hasilnya, menurut para guru beberapa siswa terlihat
bersemangat dan senang dengan kebijakan tatap muka 100%. Sementara, beberapa siswa lain sulit
mengimbangi materi pembelajaran teman-temannya, kurang termotivasi untuk belajar, dan masih takut
dengan penularan virus COVID-19. Pembekalan materi dan keterampilan psikologis yang dilakukan dirasa
guru akan membantu siswa menghadapi masa-masa sulit.