Post-Power Syndrome Dalam Kepemimpinan: Representasi Karakter Pak Lurah Di Film Hitler Mati Di Surabaya
Abstract
Penelitian ini mengkaji fenomena post-power syndrome dalam konteks kepemimpinan melalui
representasi karakter Pak Lurah dalam film "Hitler Mati di Surabaya." Fokus utama penelitian
adalah mendeskripsikan bentuk post-power syndrome serta pengaruhnya terhadap gaya
kepemimpinan otoriter yang diterapkan oleh Pak Lurah. Metode yang digunakan adalah penelitian
kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis naratif terhadap elemen visual dan verbal dalam
film sebagai data utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa post-power syndrome
menyebabkan ketidakmampuan pemimpin dalam melepaskan kekuasaan, yang tercermin dalam
perilaku dominan, agresif, dan kontrol berlebihan Pak Lurah, bahkan saat secara formal telah
pensiun. Sikap ini berkontribusi pada munculnya gaya kepemimpinan otoriter yang represif,
menyulitkan partisipasi bawahannya, dan berpotensi menimbulkan resistensi serta konflik internal
dalam organisasi. Penelitian ini relevan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs)
nomor 16 yang menekankan pada perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang kuat. Fenomena
yang dianalisis mencerminkan hambatan serius terhadap pencapaian tata kelola pemerintahan yang
transparan, demokratis, serta adil. Penelitian ini sekaligus membuka ruang refleksi untuk
pengembangan kepemimpinan yang adaptif, inklusif, dan responsif sebagai upaya memperkuat
institusi yang berkeadilan dan berkelanjutan. Implikasi kajian ini penting bagi pengembangan ilmu
komunikasi, kajian film, serta tata kelola pemerintahan yang mendukung keadilan dan perdamaian
sosial secara luas.
Kata kunci : Post Power Syndrome, Kepemimpinan Otoriter, Penyalahgunaan Kekuasaan