Konsep Berbagi Ruang di Jalur Pejalan Kaki (Trotoar)
Abstract
Trotoar merupakan bagian dari publik berupa fasilitas khusus diperuntukkan untuk pejalan kaki. Indonesia termasuk salah satu negara termalas di Asia dalam berjalan kaki, dan penduduk di Jakarta enggan untuk berjalan. Salah satu penyebabnya adalah menurunnya daya tarik trotoar. Prioritas pengembangan infrastruktur transportasi lebih berfokus pada kelancaran lalu lintas kendaraan, sehingga menyebabkan berkurangnya luas dan kualitas trotoar. Jakarta sedang peningkatan program pembangunan trotoar oleh pemerintah, bermaksud sebagai transportasi yang berkelanjutan yang dapat mengurangi kemacetan. Tetapi hal tersebut tidak menjamin terciptanya area pejalan kaki yang nyaman yang mendorong daya tarik berjalan kaki dan dapat menurunkan jumlah pengguna kendaraan. Kurangnya desain yang ramah bagi pejalan kaki menyebabkan konflik fungsi antara pengguna jalan dan pelaku usaha. Konsep berbagi ruang adalah pendekatan desain jalan yang bertujuan untuk menciptakan ruang yang lebih aman, ramah pengguna, dan beragam bagi semua pengguna jalan, termasuk pejalan kaki, pengendara sepeda, pelaku usaha dan pengguna kendaraan bermotor. Artikel ini akan menelurusi teori dan konsep berbagi ruang dengan memahami penerapan konsep berbagi ruang yang dipahami di negara lain dan di Indonesia dari sejumlah literature dan penelitian sebelumnya. Faktor keberhasilan berbagi ruang di negara lain dengan melihat elemen fisik desain dengan minimalisasi marka jalan, dan mencapai kenyaman dan keamanan antara berbagai jenis pengguna jalan, menghilangkan prioritas pengguna, mengurangi dominasi kendaraan, berfokus pada interaksi berbagai jenis pengguna jalan. Berbagi ruang di Indonesia muncul karena didorong oleh kesulitan dalam membangun trotoar pada jalan lingkungan. Jenis penerapannya pada pemukiman, di jalan area komersil, jalan pusat kota dan kota tua. Dengan karakteristik jalanan lingkungan pemukiman yang sempit dan pemberian marka jalan dengan warna perbeda sehingga adanya pembatasan yang jelas. Jika penerapan pada jalan komersil harus melihat dari sirkulasi jalur pejalan kaki, elemen furniture dan elemen funiture pelengkap, kenyamanan, aksesibilitas, land use, aktivitas, dan fungsi sosial. Faktor keberhasilan tercipta keamanan dan kenyamanan jalan, multi fungsi dan meningkatkan daya tarik, sosio kultural dan sebagai identitas kawasan.