TikTok Bisa, Organisasi No. Way! Paradoks Pemuda Desa Cibodas di Tengah Banjirnya Konten Digital
Abstrak
Penggunaan TikTok di kalangan pemuda Indonesia telah menjadi fenomena global, dengan 113
juta pengguna aktif yang menghabiskan rata-rata 95 menit per hari untuk konten pendek. Namun,
di Desa Cibodas, Lembang, hanya 15% pemuda berpartisipasi aktif dalam organisasi desa
meskipun 75% di antaranya menggunakan TikTok lebih dari 3 jam sehari, menciptakan paradoks
antara keterlibatan digital dan partisipasi sosial. Penelitian ini menjawab kesenjangan pengetahuan
tentang dampak platform seperti TikTok terhadap partisipasi sosial di pedesaan, yang masih jarang
dibahas dibandingkan platform lain seperti Facebook. Metode kuantitatif eksplanatori dengan
analisis Structural Equation Modeling berbasis Partial Least Squares (SEM-PLS) diterapkan pada
101 pemuda pengguna TikTok di Desa Cibodas, menguji hubungan antara paparan konten digital,
literasi digital, persepsi nilai organisasi, dan minat berorganisasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa banjir konten (X₂) berpengaruh signifikan terhadap persepsi nilai organisasi (Z₂) (β=0,958,
p=0,000), sementara paparan TikTok (X₁) memengaruhi literasi digital (Z₁) (β=0,186, p=0,025)
dan minat berorganisasi (Y) (β=0,393, p=0,000), tetapi tidak ditemukan efek mediasi yang
signifikan dari literasi digital atau persepsi nilai organisasi terhadap minat berorganisasi (p>0,05).
Temuan ini mengindikasikan bahwa pemuda memisahkan aktivitas digital dari partisipasi sosial
langsung, dengan R Square minat berorganisasi sebesar 0,651 yang menunjukkan adanya faktor
lain di luar model. Implikasi penelitian menekankan perlunya inovasi konten organisasi di TikTok
dan kolaborasi dengan influencer lokal untuk meningkatkan daya tarik kegiatan sosial di era digital.
Kata kunci : Paparan Tiktok, Banjir Konten, Literasi Digital, Persepsi Nilai Organisasi,
Minat Berorganisasi, Pemuda Pedesaan

