Diskusi mengenai Suku Lamaholot dan Perubahan Iklim dalam Pengembangan Tanaman Malapari di NTT
Abstract
Kegiatan ini merupakan diskusi mengenai pengurangan karbon dari tanaman malapari yang banyak 
terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan hubungannya dengan suku Lamaholot terhadap perubahan 
iklim. Metode yang dilakukan adalah kualitatif, melalui forum diskusi terarah dengan berbagai pihak yang 
berkepentingan yaitu, pemerhati lingkungan dan karbon, pengusaha dan beberapa masyarakat dari NTT 
khususnya Lembata. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim 
adalah dengan memperluas budidaya tanaman malapari yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang keras 
dan minim perawatan. Diperlukan peran serta masyarakat, khususnya masyarakat adat Lamaholot dalam 
melakukan budidaya tanaman malapari.
This activity is a discussion about carbon reduction from Pongamia pinnata (Malapari) plants, which 
are abundant in the East Nusa Tenggara Province, and its relationship with the Lamaholot tribe regarding 
climate change. The method employed is qualitative, conducted through focused discussion forums involving 
various stakeholders, including environmental and carbon observers, entrepreneurs, and members of the 
community from East Nusa Tenggara, especially Lembata. One of the strategies to address the challenges of 
climate change is to expand the cultivation of resilient Malapari plants that can thrive in harsh environmental 
conditions with minimal maintenance. The active participation of the Lamaholot indigenous community is 
essential in cultivating Malapari plants.
							
